BAB II
PEMBAHASAN
PAN DAN PAK
A.
Pengertian PAN dan PAK
1.
PAN ( Penilaian Acuan
Norma)
Penilaian
Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang menggunakan acuan pada rata-rata
kelompok. Dengan demikian dapat diketahui posisi kemampuan siswa dalam
kelompoknya. Untuk itu norma atau kriteria yang digunakan dalam menentukan
derajat prestasi seorang siswa selalu dibandingkan dengan nilai rata-rata
kelasnya. Atas dasar itu akan diperoleh tiga kategori prestasi siswa, yakni
prestai siswa di atas rata-rata kelas, berkisar pada ratarata kelas, dan
prestasi siswa yang berada di bawah rata-rata kelas. Dengan kata lain, prestasi
yang dicapai seseorang posisinya sangat bergantung pada prestasi kelompoknya.
Keuntungan standar ini adalah dapat diketahui prestasi kelompok atau kelas
sekaligus dapat diketahui keberhasilan pembelajaran bagi semua siswa.
Pendekatan PAN ini
mendasarkan diri pada asumsi distribusi normal, walaupun kadar kenormalannya
tidak selalu sama untuk tiap kelompok. Dengan demikian, walau tiap-tiap
kelompok sama-sama menghasilkan kurva normal, mean kurva yang satu
dengan kurva lainnya mungkin saja berbeda. Sebagai konsekuensinya, seorang
siswa yang memperoleh nilai tinggi dalam suatu kelompok mungkin akan memperoleh
nilai rendah jika ia dimasukkan ke dalam kelompok lainnya. Demikian pula
sebaliknya.
Ada beberapa pendapat lain
tentang pengertian Penilaian Acuan Norma, yaitu:
1. Acuan norma merupakan elemen pilihan yang
memeberikan daftar dokumen normatif yang diacu dalam standar sehingga acuan
tersebut tidak terpisahkan dalam penerapan standar. Data dokumen normatif yang
diacu dalam standar yang sangat diperlukan dalam penerapan standar.
2. Pengolahan dan pengubahan skor mentah
menjadi nilai dilakukan dengan mengacu pada norma atau kelompok. Cara ini
dikenal sebagai penilaian acuan norma (PAN).
3. PAN adalah Nilai sekelompok peserta didik
(siswa) dalam suatu proses pembelajaran didasarkan pada tingkat penguasaan di
kelompok itu. Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan nilai di kelompok
itu.
4. Penilaian Acuan Norma (PAN) yaitu dengan
cara membandingkan nilai seorang siswa dengan nilai kelompoknya. Jadi dalam hal
ini prestasi seluruh siswa dalam kelas / kelompok dipakai sebagai dasar
penilaian.
Tujuan
utama penggunaan PAN adalah untuk mengklasifikasikan mahasiswa. PAN dirancang
untuk membedakan tingkat pencapaian
nilai mahasiswa dan untuk membuat rangking pencapaian prestasi mahasiswa
tersebut dari yang tinggi sampai yang rendah. Sistem ini dapat menempatkan
mahasiswa dalam kelompok mengulang atau kelompok berbakat. Metode ini juga
digunakan oleh dosen dalam menyeleksi mahasiswa untuk membedakan tingkat
kemampuan tertentu didalam
kelompok atau kelas tersebut.
Caranya
adalah guru menggrade dengan PAN harus menghitung nilai rata-rata kelas (x)
dari hasil ujian kemudian menghitung standar deviasinya (SD). 50% nilai
diatas rata-rata dan 50% nilai dibawah rata-rata. Kemudian dari masing-masing
bagian, ada yang ditambah 1 SD dari ni dan ada yang ditambah 2 SD dari meannya.
Begitu juga sebaliknya. Nilai yang tertinggi yaitu x + 2 SD akan mendapat nilai
angka A, dan nilai terendah yaitu x – 2 SD akan mendapat nilai angka F secara
rinci seperti tabel dibawah ini:
Batas Daerah Dalam Kurve
|
Nilai Huruf
|
> x + 1.5 SD
|
A
|
x + 1 SD —— x + 1.5 SD
|
B+
|
x + 0.5 SD —— x + 1 SD
|
B
|
x
—— x + 0.5 SD
|
C+
|
x – 0.5 SD —— x
|
C
|
x – 1.5 SD —— x – 0.5 SD
|
D
|
< x – 1.5 SD
|
E
|
Kelemahannya adalah kurang
meningkatkan kualitas hasil belajar. Jika nilai rata-rata kelompok atau
kelasnya rendah, misalnya skor 40 dari seratus, maka siswa yang memperoleh
nilai 45 (di atas rata-rata) sudah dikatakan baik, atau dinyatakan lulus, sebab
berada di atas rata-rata kelas, padahal skor 45 dari maksimum skor 100 termasuk
rendah. Kelemahan yang lain ialah kurang praktis sebab harus dihitung dahulu
nilai rata-rata kelas, apalagi jika jumlah siswa cukup banyak. sistem ini
adalah kurang menggambarkan tercapainya tujuan pembelajaran sehingga tidak
dapat dijadikan ukuran dalam menilai keberhasilan mutu pendidikan. Demikian
juga kriteria keberhasilan tidak tetap dan tidak pasti, bergantung pada
rata-rata kelas, makanya standar penilaian ini disebut stándar relatif. Dalam
konteks yang lebih luas penggunaan standar penilaian ini tidak dapat digunakan
untuk menarik generalisasi prestasi siswa sebab ratarata kelompok untuk kelas
yang satu berbeda dengan kelas yang lain, sekolah yang satu akan berbeda dengan
sekolah yang lain. Standar penilaian acuan norma tepat jika digunakan untuk
penilaian formatif.
Tujuan penggunaan tes
acuan norma biasanya lebih umum dan komprehensif dan meliputi suatu bidang isi
dan tugas belajar yang besar. Pada pendekatan acuan norma, standar kinerja yang
digunakan bersifat relatif, artinya tingkat kinerja seorang siswa ditetapkan
berdasarkan pada posisi relatif dalam kelompoknya. Artinya seorang yang
memperoleh nilai di atas rata-rata kelompoknya maka siswa tersebut memperoleh
skor yang tinggi, begitu juga sebaliknya. Salah satu keuntungan dari standar
relatif ini adalah penempatan skor (kinerja) siswa dilakukan tanpa memandang
kesulitan suatu tes secara teliti. Kekurangan dari penggunaan standar relatif
diantaranya adalah:
-
Dianggap tidak adil
-
Membuat persaingan yang tidak sehat diantara siswa
Contoh “A” acuan norma dalam
menentukan nilai siswa:
Dalam satu kelas, peserta ujian terdiri dari 9 orang
dengan skor mentah 50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, dan 30. Jika menggunakan
pendekatan penilaian acuan normal (PAN), maka peserta tes yang mendapat skor
tertinggi (50) akan mendapat nilai tertinggi, misalnya 10. sedangkan mereka
yang mendapat skor di bawahnya akan mendapat nilai secara proporsional, yaitu
9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6.
Penentuan nilai dengan
skor di atas dapat juga dihitung terlebih dahulu persentase jawaban benar.
Kemudian, yang memperoleh persentase tertinggi diberikan nilai tertinggi.
2.
PAK ( Penilaian Acuan
Kriteria )
Penilaian acuan kriteria
(PAK) adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa
dibandingkan dengan kriteria yang sudah dibuat terlebih dahulu didalam . penilaian acuan kriteria berasumsi bahwa hampir semua orang bisa
belajar apa saja namun waktunya yang berbeda. Konsekwensi acuan ini adalah
adanya program remedi. Penafsiran SK , KD dan indikator skor hasil ujian selalu dibandingkan
dengan kriteria yang telah ditetapkan lebih dahulu. Hasil ujian ini dinilai lulus atau tidak. Lulus berarti bisa
melakukan, tidak lulus berarti tidak bisa melakukan. Acuan ini banyak digunakan
untuk bidang sains dan teknologi serta mata pelajaran praktik. Tujuan penggunaan acuan kriteria untuk
menyeleksi (secara pasti) status individual mengenai domain perilaku yang
ditetapkan/dirumuskan dengan baik. Hal itu dimaksudkan untuk mendapat gambaran
yang jelas tentang kinerja peserta ujian tanpa memperhatikan bagaimana kinerja tersebut dibandingkan dengan kinerja
yang lain.
Tujuan
penggunaan tes acuan berfokus pada
kelompok perilaku siswa yang khusus. Joesmani menyebutnya dengan didasarkan
pada kriteria atau standard khusus. Dimaksudkan untuk mendapat gambaran yang
jelas tentang performan peserta tes dengan tanpa memperhatikan bagaimana
performan tersebut dibandingkan dengan performan yang lain. Dengan kata lain
tes acuan kriteria digunakan untuk menyeleksi (secara pasti) status individual
berkenaan dengan (mengenai) domain perilaku yang ditetapkan / dirumuskan dengan
baik.
Pada
pendekatan acuan , standar performan yang digunakan adalah standar absolut.
Semiawan menyebutnya sebagai standar mutu yang mutlak. Criterion-referenced
interpretation is an absolut rather than relative interpetation, referenced to
a defined body of learner behaviors. Dalam standar ini penentuan tingkatan
(grade) didasarkan pada sekor-sekor yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
bentuk persentase. Untuk mendapatkan nilai A atau B, seorang siswa harus
mendapatkan sekor tertentu sesuai dengan batas yang telah ditetapkan tanpa
terpengaruh oleh performan (sekor) yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya.
Salah satu
kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah sekor siswa
bergantung pada tingkat kesulitan
tes yang mereka terima. Artinya apabila tes yang diterima siswa mudah akan
sangat mungkin para siswa mendapatkan nilai A atau B, dan sebaliknya apabila
tes tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan, maka kemungkinan untuk mendapat
nilai A atau B menjadi sangat kecil. Namun kelemahan ini dapat diatasi dengan
memperhatikan secara ketat tujuan yang akan diukur tingkat pencapaiannya.
Dalam
menginterpretasi skor mentah menjadi nilai dengan menggunakan pendekatan PAK,
maka terlebih dahulu ditentukan kriteria kelulusan dengan batas-batas nilai
kelulusan. Umumnya kriteria nilai yang digunakan dalam bentuk rentang skor
berikut:
Rentang Skor Nilai
· 80% s.d. 100% A
· 70% s.d. 79% B
· 60% s.d. 69% C
· 45% s.d. 59% D
· < 44% E / Tidak lulus
B.
Ciri-ciri PAN
Berikut ini
beberapa ciri dari Penilaian Acuan Normatif :
1. Penilaian Acuan Norma digunakan untuk menentukan status setiap
peserta didik terhadap kemampuan peserta didik lainnya. Artinya, Penilaian
Acuan Normatif digunakan apabila kita ingin mengetahui kemampuan peserta didik
di dalam komunitasnya seperti di kelas, sekolah, dan lain sebagainya.
2. Penilaian Acuan Norma menggunakan kriteria
yang bersifat “relative”. Artinya, selalu berubah-ubah disesuaikan dengan
kondisi dan atau kebutuhan pada waktu tersebut.
3.
Nilai
hasil dari Penilaian Acuan Norma tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan
penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjuk
kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya)
4.
Penilaian
Acuan Norma memiliki kecendrungan untuk menggunakan rentangan tingkat
penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa
sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius.
5.
Penilaian
Acuan Norma memberikan skor yang menggambarkan penguasaan kelompok.
C. Penggunaan PAN
Berbeda dengan
PAP, PAK tidak dapat digunakan untuk mengukur kadar pencapaian tujuan dan
tingkat penguasaan bahan. PAN sering digunakan untuk fungsi prediktif,
mera-malkan keberhasilan pendidikan siswa di masa mendatang atau untuk
menentukan peringkat/kedudukan siswa dalam kelompok.
D. Keunggulan PAN
Ada beberapa keunggulan yang dimiliki PAN, diantaranya seperti
tersaji di bawah ini:
1.
Hasil PAN dapat membuat guru
bersikap positif dalam memperlakukan siswa sebagai
5
individu yang unik.
2.
Hasil PAN akan merupakan
informasi yang baik tentang kedudukan siswa dalam kelompoknya.
3.
PAN dapat digunakan untuk
menyeleksi calon siswa yang dites secara ketat.
E. Persamaan dan Perbedaan
Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan KRITERIA (PAK)
-
Penilaian Acuan Norma dan
Penilaian Acuan Kriteria mempunyai beberapa persamaan sebagai berikut:
1. Penilaian acuan norma dan
acuan Kriteria
memerlukan adanya tujuan evaluasi spesifik sebagai penentuan fokus item yang
diperlukan. Tujuan tersebut termasuk tujuan intruksional umum dan tujuan
intruksional khusus
2. Kedua pengukuran memerlukan
sample yang relevan, digunakan sebagai subjek yang hendak dijadikan sasaran
evaluasi. Sample yang diukur mempresentasikan populasi siwa yang hendak menjadi
target akhir pengambilan keputusan.
3. Untuk mandapatkan informasi
yang diinginkan tenyang siswa, kedua pengukuran sama-sama nenerlukan item-item
yang disusun dalam satu tes dengan menggunakan aturan dasar penulisan
instrument.
4. Keduanya mempersyaratkan
perumusan secara spesifik perilaku yang akan diukur.
5. Keduanya menggunakan macam
tes yang sama seperti tes subjektif, tes karangan, tes penampilan atau
keterampilan.
6. Keduanya dinilai kualitasnya
dari segi validitas dan reliabilitasnya.
7. Keduanya digunakan ke dalam
pendidikan walaupun untuk maksud yang berbeda.
-
Perbedaan kedua penilaian
adalah sebagai berikut:
1. Penilaian acuan norma
biasanya mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan sedikit butir tes untuk
setiap perilaku. Penilaian acuan kriteria biasanya mengukur perilaku khusus dalam
jumlah yang terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap perilaku.
2. Penilaian acuan norma
menekankan perbedaan di antara peserta tes dari segi tingkat pencapaian belajar
secara relatif. Penilaian acuan kriteria menekankan penjelasan tentang apa perilaku
yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap peserta tes.
3. Penilaian acuan norma lebih
mementingkan butir-butir tes yang mempunyai tingkat kesulitan sedang dan
biasanya membuang tes yang terlalu mudah dan terlalu sulit. Penilaian acuan kriteria mementingkan butir-butir tes
yang relevan dengan perilaku yang akan diukur tanpa perduli dengan tingkat
kesulitannya.
4. Penilaian acuan norma
digunakan terutama untuk survey. Penilaian acuan kriteria digunakan terutama untuk
penguasaan.